NVESTASI DI PASAR MODAL
Nobel Ekonomi untuk Industri Pasar Modal
Rabu, 06 November 2013 09:19 wib
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
Industri pasar modal memperoleh hadiah Nobel melalui karya riset tiga profesor ekonomi dari Amerika Serikat (AS). Ketiga guru besar bidang ekonomi yang meraih Nobel Ekonomi 2013 adalah Eugine Famadan Lars Peter Hansen dari Universitas Chicago, Amerika Serikat(AS), serta Robert Shiller, profesor ekonomi Universitas Yale, AS. Hasilanalisa Hansen melengkapi analisa yang lebih dulu diungkapkan Fama dan Shiller.
Yang menarik dari nobel ekonomi tahun ini, karena penelitian ketiga pakar ekonomi ini seputar investasi di pasar modal. Ketiganya menyimpulkan hasil penelitian mereka, yang menyatakan tidak ada cara untuk memprediksi harga saham dan obligasi dalam beberapa hari atau beberapa pekan ke depan. Tetapi sangat mungkin memperkirakan pergerakan harga portofolio saham dan obligasi yang berfluktuasi itu dalam tiga hingga lima tahun ke depan.
Hasil riset juga menghasilkan perhitungan index fund dalam jangka panjang, dan menyimpulkan instrumen investasi reksadana yang paling memberikan hasil atau return yang optimal dalam jangka waktu panjang. Ketiga pakar ekonomi itu dinilai berhasil menjelaskan cara untuk memahami pergerakan harga saham dan obligasi di pasar modal, serta menghitung potensi keuntungan kedua instrument investasi ini dalam jangka waktu panjang.
Shiller mengungkapkan, pelaku pasar modal sudah banyak belajar menghitung nilai aset wajar dari setiap instrumen. Tetapi ada elemen dasar manusia di dalamnya yang tak tereduksi. “Jadi, prediksi atas harga atau nilai sebuah aset, mirip dengan mempredikat siapa yang akan dilakukan oleh seseorang, yang tentunya tidak mudah,” paparnya.
Dia lantas bertanya, apakah ada ilmu untuk memprediksi apa yang akan dilakukan seseorang? “Jawabannya adalah tidak ada, karena ada elemen humanis yang tidak bisa dihilangkan. Inilah yang membuat mengapa ranah keuangan tidak akan pernah benar-benar memahami pergerakan harga aset,” ungkapnya.
Fama mengungkapkan dua konsep penting dalam investasi di pasar modal. Pertama tentang usulan tiga jenis inefisiensi yaitu bentuk yang lemah, semi kuat dan kuat. Dalam inefisiensi yang lemah, informasi yang diperhitungkan, hanya harga historis, yang dapat diprediksi dari tren harga.
Sementara bentuk semi kuat, mensyaratkan semua informasi publik sudah tercermin dalam harga, misalnya pengumuman perusahaan dan profil pendapatan tahunan. Untuk efisiensi pasar yang kuat, mencakup semua informasi, termasuk informasi pribadi yang dimasukkan dalam harga. Artinya, tidak ada informasi monopoli yang dapat menciptakan keuntungan.
Dia menyimpulkan, insider trading pun tidak bisa meraih keuntungan dalam dunia efisiensi pasar yang kuat. Insider trading adalah perdagangan yang dilarang, karena dilakukan setelah mendapatkan informasi material tentang perusahaan yang sahamnya ingin dibeli.
Konsep kedua Fama memaparkan, efisiensi pasar dapat di ke sampingkan tanpa penolakan terhadap model keseimbangan pasar, misalnya, dalam mekanisme penetapan harga. Meski efisiensi pasar menjelaskan bagaimana informasi sudah tercermin pada harga saham, Fama menekankan, efisiensi pasar harus diuji dalam konteks ekspektasi keuntungan.
Sementara menurut Hansen, setidaknya ada dua aspek yang dapat menjelaskan ketidakpastian masa depan serta cara mengatasi ketidakpastian dan risiko. Pertama, metode bagaimana semua bisa berbuat tanpa harus melakukan apapun. “Jika kita ingin mempelajari sistem ekonomi yang dinamis, kita harus fokus pada kaitan antara pasar aset dan ekonomi makro tanpa memodelkan segalanya sekaligus,” ungkapnya.
Aspek kedua yang harus dilihat, kata Hansen, adalah kenyataan bahwa para investor merespons informasi dan berjuang keras memahami apa sudut pandang yang tepat terhadap dunia investasi. (TIM BEI) (//)
Yang menarik dari nobel ekonomi tahun ini, karena penelitian ketiga pakar ekonomi ini seputar investasi di pasar modal. Ketiganya menyimpulkan hasil penelitian mereka, yang menyatakan tidak ada cara untuk memprediksi harga saham dan obligasi dalam beberapa hari atau beberapa pekan ke depan. Tetapi sangat mungkin memperkirakan pergerakan harga portofolio saham dan obligasi yang berfluktuasi itu dalam tiga hingga lima tahun ke depan.
Hasil riset juga menghasilkan perhitungan index fund dalam jangka panjang, dan menyimpulkan instrumen investasi reksadana yang paling memberikan hasil atau return yang optimal dalam jangka waktu panjang. Ketiga pakar ekonomi itu dinilai berhasil menjelaskan cara untuk memahami pergerakan harga saham dan obligasi di pasar modal, serta menghitung potensi keuntungan kedua instrument investasi ini dalam jangka waktu panjang.
Shiller mengungkapkan, pelaku pasar modal sudah banyak belajar menghitung nilai aset wajar dari setiap instrumen. Tetapi ada elemen dasar manusia di dalamnya yang tak tereduksi. “Jadi, prediksi atas harga atau nilai sebuah aset, mirip dengan mempredikat siapa yang akan dilakukan oleh seseorang, yang tentunya tidak mudah,” paparnya.
Dia lantas bertanya, apakah ada ilmu untuk memprediksi apa yang akan dilakukan seseorang? “Jawabannya adalah tidak ada, karena ada elemen humanis yang tidak bisa dihilangkan. Inilah yang membuat mengapa ranah keuangan tidak akan pernah benar-benar memahami pergerakan harga aset,” ungkapnya.
Fama mengungkapkan dua konsep penting dalam investasi di pasar modal. Pertama tentang usulan tiga jenis inefisiensi yaitu bentuk yang lemah, semi kuat dan kuat. Dalam inefisiensi yang lemah, informasi yang diperhitungkan, hanya harga historis, yang dapat diprediksi dari tren harga.
Sementara bentuk semi kuat, mensyaratkan semua informasi publik sudah tercermin dalam harga, misalnya pengumuman perusahaan dan profil pendapatan tahunan. Untuk efisiensi pasar yang kuat, mencakup semua informasi, termasuk informasi pribadi yang dimasukkan dalam harga. Artinya, tidak ada informasi monopoli yang dapat menciptakan keuntungan.
Dia menyimpulkan, insider trading pun tidak bisa meraih keuntungan dalam dunia efisiensi pasar yang kuat. Insider trading adalah perdagangan yang dilarang, karena dilakukan setelah mendapatkan informasi material tentang perusahaan yang sahamnya ingin dibeli.
Konsep kedua Fama memaparkan, efisiensi pasar dapat di ke sampingkan tanpa penolakan terhadap model keseimbangan pasar, misalnya, dalam mekanisme penetapan harga. Meski efisiensi pasar menjelaskan bagaimana informasi sudah tercermin pada harga saham, Fama menekankan, efisiensi pasar harus diuji dalam konteks ekspektasi keuntungan.
Sementara menurut Hansen, setidaknya ada dua aspek yang dapat menjelaskan ketidakpastian masa depan serta cara mengatasi ketidakpastian dan risiko. Pertama, metode bagaimana semua bisa berbuat tanpa harus melakukan apapun. “Jika kita ingin mempelajari sistem ekonomi yang dinamis, kita harus fokus pada kaitan antara pasar aset dan ekonomi makro tanpa memodelkan segalanya sekaligus,” ungkapnya.
Aspek kedua yang harus dilihat, kata Hansen, adalah kenyataan bahwa para investor merespons informasi dan berjuang keras memahami apa sudut pandang yang tepat terhadap dunia investasi. (TIM BEI) (//)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar